Manusia dan Keindahan
Makalah
Ilmu Budaya Dasar
Disusun Oleh
FIRDAUSAPUTRA
NPM : 13113500
Kelas : 1KA27
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
Manusia dan
Keindahan.
Dilihat Kata keindahan berasal dan kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok,
molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil
seni, pemandangan alam, manusia , rumah , tatanan , perabot rumah tangga,
suara, warna, dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas,
seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban
teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa
keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dan
kehidupan manusia. Di mana pun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati
keindahan.
Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena
dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran di sini bukan kebenaran ilmu,
melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan
makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan
Keindahan juga bersifat universal,
artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau lokal.1
1 Widyo Nugroho dan Achmad Muchjo, MKDU : Ilmu
Budaya Dasar, Gunadarma, Jakarta, 1996.
Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan
selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor
kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia,
maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah
itu memikat atau menarik perhatian orang yang melihat, mendengar. Bentuk di
luar diri manusia itu berupa karya budaya yaitu karya seni lukis, seni suara,
seni tari, seni sastra, seni drama dan film, atau berupa ciptaan Tuhan misalnya
pemandangan alam, bunga warna- warni , dan lain-lain.
Apabila kontemplasi dan ekstansi ini dihubungkan dengan kreativitas, maka
kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan
ekstansi ini merupakan faktor pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan.
Karena derajat kontemplasi dan ekstansi juga berbeda-beda antara setiap
manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda.
Mungkin orang yang satu mengatakan karya seni itu indah, tetapi orang lain
mengatakan karya seni itu tidak/kurang indah, karena selera seni berlainan.
Bagi seorang seniman selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang
bukan seniman. Bagi orang bukan seniman mungkin faktor ekstansi lebih menonjol.
Jadi, Ia lebih suka menikmati karya seni daripada menciptakan karya seni.
Dengan kata lain, Ia hanya mampu menikmati keindahan tetapi tidak mampu
menciptakan keindahan.
.
DAFTAR PUSTAKA
http://dofadroid.blogspot.com/2012/04/ibd-manusia-dan-keindahan.html.
Widyo Nugroho dan Achmad Muchjo, MKDU : Ilmu
Budaya Dasar, Gunadarma, Jakarta, 1996.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar